18 Oktober 2009

Ombak Besar Ombak Kecil


Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar
sedang bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak
bersuka ria menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan
keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang
ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-
tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak
kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar
pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya
begitu lebih lemah dan tak berdaya?

Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil
tertaih-tatih ombak kecil berteriak: "Hai ombak besar… Tunggu…!"

Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu
sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar
mendekati arah datangnya suara. "Ada apa sahabat?" Jawab ombak besar
dengan suara menggelegar hebat.

"Aih…pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar?
Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku… ah… begitu kecil,
lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu
berbeda, wahai ombak besar?"

Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri
kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat
dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan
belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu
sendiri". "Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak
kecil, lalu aku ini apa?" Tanya ombak kecil, "Tolong jelaskan, aku
semakin bingung dan tidak mengerti."

Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda tetapi
sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku
pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat
kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah
air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak
akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa
menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa."

Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul
kesadaran dalam diri ombak kecil. "Ya, benar, aku bukan ombak kecil.
Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan
menderita."

Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan
potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya,
ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin
besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu
dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan
alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang
yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan
kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat
situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah
pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali
kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah
mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal,
dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai
bentuk "ketidakadilan" Tuhan.

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak
ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang
lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan
bukan monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa , kita pun
juga bisa! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita
temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan
semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra
nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang
optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki
puncak tangga kesuksesan.

"Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk
merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang
lain bisa, kita pun bisa !"